Tarsius bancanus
Jakarta- Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae , Tarsius bancanus yang dikenal dengan sebutan Mentilin atau dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai Horsfield's Tarsier atau Western Tarsier adalah merupakan hewan endemik yang tersebar di pulan Sulawesi, Kalimantan, Bangka dan Belitung.
Tarsius memiliki tubuh bulat kecil yang ditutupi bulu-bulu yang lembut berwarna abu-abu, ekornya yang panjangnya kira-kira 232 mm hampir tidak berbulu alias gundul. Dari kepala hingga ekor panjangnya antara 118 -149 mm dengan berat 113 - 142 gram, Tarsius juga memiliki kaki panjang dan mampu melompat hingga lebih dari 40 kali panjang tubuhnya.
Hal lain yang sangat unik dari hewan primata tarsius ini adalah, mereka memiliki mata yang sangat besar, bahkan mata tarsius lebih besar dari otak mereka.
Hewan endemik Western Tarsier
Meskipun Tarsius berada di jajaran primata terimut dan terkecil di dunia, Tarsius adalah satwa romantis karena ia hanya memilih satu pasangan. Jika pasangannya itu mati, maka ia akan kembali membujang seumur hidupnya.Tetapi Tarsius bukanlah target terbaik untuk sebuah pelukan.
Meski tidak terlihat berbahaya, tarsius memberikan makna baru bagi kegelisahan dan bahkan tidak sanggup jika disentuh manusia. Faktanya, respon paling umum Tarsius jika disentuh manusia adalah bunuh diri dengan membenturkan kepala ke pohon. Tarsius sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia, tetapi satwa ini bukan monyet, Satwa ini tubuhnya berwarna coklat kemerahan dengan kulit dasarnya berwarna kelabu.
Telinganya yang lebar dan menghadap ke depan, Primata Tarsius ini adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitasnya pada malam hari dan akan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu atau mencari mangsa pada malam hari. Mangsa Tarsius yang paling utama adalah serangga-serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang juga mereka memangsa reptil kecil, burung, dan kelelawar.
Tarsius spectrum primata terkecil didunia
Populasi satwa tarsius langka, primata terkecil di dunia yang hidup di hutan-hutan Sulawesi, menurun drastis dalam 10 tahun terakhir. Diperkirakan saat ini jumlah satwa yang bernama Latin Tarsius spectrum ini, di sejumlah hutan di daerah Sulawesi Utara, hanya tersisa sekitar 1.800 ekor. Sementara itu, pada tahun 1998, jumlah tarsius masih ada berkisar sekitar 3.500 ekor. Sejumlah kalangan mencemaskan penurunan populasi tarsius.
Tarsius tarsier yang dilindungi perjanjian internasional
penurunan jumlah tarsius karena rusaknya hutan lindung Tangkoko dan sejumlah habitat di Pulau Siau serta Sangihe.Tarsius seringkali diburu lantaran dikira sebagai tikus karena mempunyai ekor yang panjang. Padahal Tarsius memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan ekologi, karena mereka memakan serangga yang merupakan hama bagi para petani.Tarsius ditangkap masyarakat untuk dikonsumsi dalam pesta anak muda. Mereka makan tarsius sebagai camilan saat meneguk minuman ber- alkohol cap tikus.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara membuat Peraturan Daerah mengenai larangan menangkap tarsius diikuti sanksi pidana dan denda yang tinggi. ”Semua pihak mendukung upaya konservasi tarsius yang merupakan simbol daerah".
Cagar alam Tangkoko - Batu Putih
Hewan Primata Tarsius Tarsier ini adalah termasuk satwa yang dilindungi negara dan oleh perjanjian internasional, termasuk Appendix II CITES, dan dilindungi oleh negara berdasarkan UU nomor 5 tahun 1990. Primata Tarsius Tarsier ini berada pada Cagar Alam Tangkoko Batu Angus, Sulawesi Utara. (mcl75)
Comments
Post a Comment